Laman

Senin, 06 Juli 2020

Kegiatan posyandu srikandi 4

Kamis, 21 April 2011

SRIKANDI 4



Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatu



Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Sholawat dan Salam mudah-mudahan tetap tercurah pada Junjungan kita nabi Muhammad SAW.

 Dengan ini kami akan memperkenal kan Organisasi Kami yaitu "POSYANDU SRIKANDI 4 " RW.IV
Jl. Tambak wedi baru No.103 Tambak wedi baru 
 Kel.Tambak wedi - Kec.Kenjeran - Kota SURABAYA

yang diketuai Oleh


Ibu DIYAH RAHMAYANTI 
Alamat : Tambak wedi baru XVI /93 (031) 91380096 SURABAYA



______________________________________
POSYANDU

   Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
  Penyelenggaraan Posyandu pada hakekatnya dilaksanakan dalam satu bulan kegiatan, baik pada hari buka Posyandu maupun di luar hari buka Posyandu. Hari buka Posyandu sekurang-kurangya satu hari dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.

Sasaran
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
  1. Bayi
  2. Anak Balita
  3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas, dan ibu menyusui
  4. Pasangan Usia Subur (PUS)
Fungsi
Adapun fungsi dari posyandu adalah:
  1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
  2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Manfaat
Manfaat dari posyandu dirasakan oleh berbagai pihak, pihak tersebut antara lain:
  1. Masyarakat
    1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB
    2. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
    3. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait
    4. Kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
      1. Memperoleh informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB
      2. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB
    5. Puskesmas
      1. Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
      2. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
      3. meningkatkan efisiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian pelayanan secara terpadu.
    6. Sektor lain
      1. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.
      2. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor.
Penyelenggaraan Kegiatan
Pelayanan yang dilaksanakan pada setiap langkah dan para penanggung jawab pelaksanaannya, secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 1. Langkah, Pelayanan dan Pelaksana pada Program Posyandu
Langkah
Pelayanan
Pelaksana
Pertama
Pendaftaran
Kader
Kedua
Penimbangan
Kader
Ketiga
Pengisian KMS
Kader
Keempat
Penyuluhan
Kader
Kelima
Pelayanan Kesehatan
Petugas kesehatan dan sektor terkait bersama kader
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:
Kegiatan Utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
  1. Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
  2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelompok Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan Kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:
    1. Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi
    2. Perawatan payudara dan pemberian ASI
    3. Peragaan pola makan ibu hamil
    4. Peragaan perawatan bayi baru lahir
    5. Senam ibu hamil
b. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:
1)      Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir (vagina).
2)      Pemberian vitamin A dan tablet besi.
3)      Perawatan payudara.
4)      Senam ibu nifas.
5)      Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemerikasaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
d. Bayi dan Anak Balita
Jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
  1. Penimbangan berat badan.
  2. Penentuan status pertumbuhan.
  3. Penyuluhan.
  4. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera merujuk ke Puskesmas.
2. Keluarga Berencana
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan suntikan KB, dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dilakukan pemasangan IUD.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program, baik terhadap bayi dan balita maupun ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil, dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vitamin A dan pemberian sirup Fe. Khusus untuk ibu hamil dan nifas ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangan tidak ada kenaikan berat badan, segera dirujuk ke Puskesmas.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian oralit yang disediakan.
Kegiatan Pengembangan/Tambahan
Kegiatan tambahan dapat dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya 50%, serta sumber daya yang mendukung.
Tingkat Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Posyandu secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut:
1.      Posyandu Pratama
      Posyandu pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2.      Posyandu Madya
    Posyandu madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan lima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu. Contoh intervensi yang dapat dilakukan antara lain, Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Ekskalasi Posyandu dengan metode simulasi; Menerapkan pendekatan PKMD, terutama SMD dan MMD di Posyandu, dengan tujuan merumuskan masalah dan menetapkan cara penyelesaiannya, dalam rangka meningkatkan cakupan Posyandu.
3.      Posyandu Purnama
   Posyandu purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarkan program tambahan, serta memperoleh suber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% dari KK di wilayah kerja Posyandu.
4.      Posyandu Mandiri
   Posyandu mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih cakupan kelima kegiatan, Posyandu.
References : SRIKANDI

__________________________________________________

Gizi masyarakat
Gizi masyarakat adalah gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Gizi masyarakat berkaitan dengan gangguan gizi pada kelompok masyarakat yang lebih ditekankan pada pencegahan (prevensi) dan peningkatan (promosi). Gizi masyarakat yang berurutan gangguan gizi pada masyarakat, di mana masyarakat mempunyai aspek sangat luas, maka penanganannya harus secara multisektor dan multidisiplin.
Penanganan gizi masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi para penderita saja, karena apabila setelah mereka sembuh mereka akan kembali ke masyarakat. Oleh karena itu terapi penderita gangguan gizi masyarakat harus ditujukan kepada seluruh masyarakat.
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja, melainkan aspek-aspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh sebab itu penanganan atau perbaikan gizi tidak hanya diarahkan kepada gangguan gizi atau kesehatan saja, melainkan juga ke arah bidang-bidang yang lain. Misalnya penyakit gizi KKP (kekurangan kalori dan protein) pada anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya pemberian makanan tambahan saja (PMT) tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya.
Penyakit Gizi
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan atau status gizi. Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition).
Penyakit-penyakit kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi, dan yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat khususnya di Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1. Penyakit Kurang Kalori Protein (KKP)
KKP adalah penyakit karena ketidak seimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita, karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni:
  1. KKP ringan: berat badan anak mencapai antara 84%-95% dari berat badan menurut standar Harvard
  2. KKP sedang: berat badan anak mencapai antara 60%-84% dari berat badan menurut standar Harvard
  3. KKP berat (gizi buruk): berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan menurut standar Harvard
Penyakit KKP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis: oedema atau honger oedema (H.O) atau juga disebut penyakit kuran makan, kelaparan. Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.
2. Penyakit Kegemukan (Obesitas)
Penyakit ini terjadi karena ketidak seimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi. Akibat dari penyakit obesitas ini para penderitanya cenderung menderita penyakit kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus.
3. Anemia
Penyakit ini terjadi karena konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh. Zat besi merupakan micro elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentukan dara, yakni dalam hemoglobin (Hb). Fe juga diperlukan enzim sebagai penggiat. Kebutuhan Fe pada wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria, karena wanita dewasa ekskresi Fe lebih banyak melalui menstrusasi. Pada wanita hamil kebutuhan Fe meningkat karena bayi yang dikandung juga memerlukan ini. Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat.
4. Zerophtalmia
Penyakit ini disebabkan karena karena kekurangan konsumsi vitamin A di dalam tubuh. Gejala penyakit ini adalah kekeringan ephitel biji mata dan kornea, karena glandula lacrimalis menurun. Terlihat  selaput bolamata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia atau nictalpia, yang oleh awam disebut buta senja atau buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium lanjut akan mengoreng, karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut keratomalacia dan dapat menimbulkan kebutaan.
Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi, yakni: fungsi dalam proses melihat, dalam proses metabolisme, dan proses reproduksi. Penanggulangan defisiensi kekurangan vitamin A yang penting ditujukan kepada pencegahan kebutaan pada anak balita
5. Penyakit Gondok
Kekurangan zat Iodium ini berakibat kondisi hypothyroidisme(kekurangan Iodium) dan tubuh mencoba untuk mengkonpensasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok. Akibatnya terjadi hypertrophi (membesarnya kelenjar thyroid) yang kemudian disebut penyakit gondok. Apabila kelebihan zat Iodium maka akan mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut Iodium dermatis. Penyakit gondok di Indonesia palling banyak terjadi di daerah pegunungan yang air minumnya kekurangan zat Iodium. Kekurangan Iodium juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan lain, yakni Cretinnisma. Penanggulangan penyakit akibat kekurangan Iodium dalam rangka peningkatan kesehatan masyarakat dapat dilakukan melalui program Iodiumisasi, yaitu dengan penyediaan garam dapur yang diperkaya dengan Iodium.
Kelompok Rentan Gizi
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok di masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan karena kekurangan gizi. Kelompok ini terdiri dari kelompok umur tertentu dalam siklus kehidupan manusia. Apabila kekurangan zat gizi maka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya. Kelompok-kelompok rentan gizi ini terdiri dari:
1. Kelompok bayi, umur 0-1 tahun
Di dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat. Bayi yang dilahirkan dengan sehat pada umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu dilahirkan. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk bayi ialah protein, calsium, vitamin D, A, K dan Fe. Secara alamiah zat-zat gizi tersebut sudah terkandung di dalam ASI (Air Susu Ibu).
2. Kelompok di bawah lima tahun (balita), umur 1-5 tahun
Anak blita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP) dan jumlahnya dalam populasi besar. Yang menyebabkan anak balita rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain sebagai berikut:
  • Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa.
  • Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh, sehingga perhatian ibu sudah berkurang.
  • Anak balita sudah mulai main di tanah dan sudah dapat main di luar rumahnya sendiri, sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai macam penyakit.
  • Anak balita belum dapat mengurus dirinya sendiri, termasuk dalam memilih makanan. Di pihak lain ibunya sudah tidak begitu memperhatikan lagi makanan anak balita, karena dianggap sudah dapat makan sendiri.
  1. Kelompok anak sekolah, umur 6-12 tahun
Masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain; berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada umur-umur ini anak sangat aktif bermain dan banyak kegiatan, baik disekolah maupun di lingkungan rumah tangganya. Kadang-kadang nafsu makan mereka menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang diperlukan.
4. Kelompok remaja, umur 13-20 tahun
Perumbuhan anak remaja pada umur ini juga sangat pesat kemudian juga kegiatan-kegiatan jasmani termasuk olah raga juga pada kondisi puncaknya. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk pertumbuhan dan kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi defisiensi yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhannya. Pada anak remaja putri mulai terjadimenarche (awal menstruasi), yang berarti mulai terjadi pembuangan Fe.
5. Kelompok ibu hamil dan menyusui
Ibu hamil juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yaitu pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses kehamilan tersebut, misalnya mammae. Untuk mendukung berbagai proses pertumbuhan ini, maka kebutuhan makanan sebagai sumber energi juga meningkat. Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat berakibat:
  • Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR).
  • Kelahiran prematur (lahir belum cukup umur kehamilan).
  • Lahir dengan berbagai kesulitan, dan lahir mati.
ASI adalah makanan utama bayi oleh sebab itu untuk menjamin kecukupan ASI bagi bayi, makanan ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan. Apabila konsumsi makanan ibu tidak mencukupi, zat-zat di dalam ASI akan terpegaruh. Khusus untuk protein, meskipun konsumsi ibu tidak mencukupi, ASI akan tetap memberikan jatah yang diperlukan oleh anaknya dengan mengambil jaringan ibunya, akibatnya ibunya menjadi kurus. Bila konsumsi Ca ibu yang berkurang, Ca akan diambil cadangan Ca jaringan ibunya, sehungga memberikan osteoporosis dan kerusakan gigi (caries dentis).
6. Kelompok usia lanjut
Keperluan energi pada Usila sudah menurun, oleh sebab itu, konsumsi makanan untuk Usila secara kuantitas tidak sama dengan pada kelompok rentan yang lain. Yang penting kualitas makanan dalam arti keseimbangan zat gizi harus dijaga. Kegemukan pada Usila sangat merugikan bagi Usila itu sendiri, karena merupakan risiko untuk berbagai penyakit seperti, kardio vaskuler, diabetes melitus, hipertensi, dan sebagainya.1
References : SRIKANDI 4

.

.